Saturday, June 2, 2012
Liga Primer Indonesia
Posted on 6:09 AM by Present to dhia
Liga Primer Indonesia, disingkat LPI
(bahasa Inggris: Indonesia Premier League) adalah kompetisi sepak
bola antar klub di Indonesia yang diselenggarakan pada 2011. LPI dimulai pada 8
Januari 2011 dan selesai pada bulan Mei 2011 setelah menyelesaikan putaran
pertama kompetisi. LPI diselenggarakan oleh Konsorsium PT Liga Primer Indonesia
yang dimotori oleh pengusaha Arifin Panigoro dan tidak berafiliasi dengan PSSI,
sehingga menjadi ajang tandingan terhadap Liga Super Indonesia (LSI) yang diselenggarakan
oleh PSSI. Seiring dengan kisruh di tubuh PSSI dan dibentuknya Komite
Normalisasi (KN) PSSI oleh FIFA, KN kemudian memutuskan untuk mengakui secara
resmi LPI sebagai liga yg berjalan di bawah pengawasan PSSI. LPI berakhir
setelah menyelesaikan putaran pertama kompetisi dan klub-klub LPI kemudian
bergabung ke dalam klub-klub LSI untuk bermain dalam Liga Prima Indonesia.
Sejarah
--------------------------------------
--------------------------------------
Dasar
hukum
PSSI menganggap penyelenggaran LPI
ilegal karena tidak memiliki izin dari asosiasi sepakbola tersebut. Akan tetapi
pihak LPI menyatakan bahwa penyelenggaraan LPI tidak melanggar hukum karena
sesuai dengan rekomendasi Kongres Sepak Bola Nasional yang dilaksanakan di Malang pada Maret 2010. Konsorsium LPI juga menyatakan sudah
beberapa kali mencoba berkoordinasi dan meminta izin kepada PSSI, namun PSSI
bersikap menutup diri terhadap penyelenggaraan LPI. PSSI memaparkan secara
panjang lebar alasan mengapa LPI melawan hukum, namun tidak pernah menjelaskan
alasan mengapa mereka tidak merestui LPI, kecuali menyebut LPI sebagai
"kompetisi ecek-ecek", "tarkam", dan "banci." LPI
akhirnya mendapatkan izin dari pemerintah
melalui Menteri
Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng. Dengan dibentuknya Komite
Normalisasi (KN) oleh FIFA, KN memutuskan PSSI membawahi kompetisi tersebut di
bawah PSSI dan LPI secara resmi diakui PSSI sebagai liga yg berjalan di bawah
pengawasan PSSI.
Sanksi
PSSI
PSSI mengancam menghukum berat semua
klub, pemain, dan perangkat pertandingan yang terlibat di liga ini. Di antara
ancaman yang dilontarkan PSSI, klub Liga Super Indonesia
yang terlibat LPI akan didegradasi ke divisi satu.
dan diminta mengembalikan aset-aset PSSI. Empat klub LPI yang diancam
menyatakan tidak takut dengan ancaman PSSI tersebut
Pemain yang terlibat LPI juga
diancam tidak dapat memperkuat timnas.
Keputusan tersebut ditentang oleh beberapa pihak, termasuk Menpora, Anggota Komisi X DPR RI
Angelina Sondakh, dan Wakil Ketua DPR Pramono Anung. Meski PSSI mengeluarkan ancaman
tersebut, Badan Tim Nasional tetap memanggil beberapa pemain dari klub-klub
anggota LPI untuk seleksi timnas U-23 yang disiapkan untuk Sea Games 2011 dan kualifikasi Olimpiade 2012.[2
Pelatih timnas Indonesia Alfred Riedl juga menyatakan tidak akan memanggil
pemain yang bermain di LPI dengan alasan "pemain yang tampil di kompetisi
yang tidak diakui oleh FIFA, tidak bisa tampil di timnas." Padahal
statuta FIFA hanya menyatakan bahwa "setiap orang yang memegang
kewarganegaraan permanen yang tidak tergantung pada masa tinggal di negara
tertentu memenuhi syarat untuk bermain mewakili tim nasional asosiasi negara
itu."
Tidak cukup dengan klub dan pemain,
pelatih klub-klub LPI diancam dicabut lisensinya. Selain itu, PSSI juga
mengancam wasit yang terlibat dalam penyelenggaraan LPI dengan sanksi FIFA dan
pencabutan lisensi.
Izin
penyelenggaraan pertandingan
Pertandingan perdana di Stadion Manahan Solo
antara Solo FC melawan Persema hampir tidak dapat dilangsungkan karena
tidak mendapat izin dari Polri. Menurut UU, segala macam acara yang berpotensi
pada kericuhan massa harus mendapat izin tertulis dari Polri, termasuk
penyelenggaraan pertandingan sepakbola. Polri beralasan mereka tidak dapat
memberi izin pertandingan LPI karena PSSI tidak memberikan rekomendasi. Desakan
publik membuat Menpora mengadakan mediasi dengan mengundang PSSI, LPI, dan
Polri akan tetapi tidak satu pun perwakilan PSSI hadir di pertemuan tersebut.
Menpora kemudian menyatakan penyelenggaraan LPI tidak membutuhkan izin PSSI,
melainkan hanya membutuhkan izin Badan Olahraga Profesional Indonesia. Polri
akhirnya memberikan izin pertandingan setelah BOPI memberikan rekomendasi.
Belakangan diketahui bahwa PSSI cabang Kota Solo yang diketuai oleh F.X. Hadi Rudyatmo
(sekaligus ketua Persis Solo) memberikan
rekomendasi kepada Polresta Surakarta untuk memberikan izin pertandingan LPI,
meskipun hal tersebut bertentangan dengan pengurus PSSI pusat.
Format
kompetisi
LPI menggunakan format kompetisi
penuh. Setiap tim akan menghadapi tim lawan yang sama sebanyak 2 kali dalam 1 musim
melalui pertandingan kandang dan tandang. Pemenang akan ditentukan dari jumlah
poin paling banyak selama 36 pertandingan.
Televisi
penyiar
LPI pertama kali disiarkan oleh Indosiar Indosiar akan menyiarkan secara langsung
68 pertandingan pada setiap hari Sabtu dan Minggu sore. MetroTV juga sempat menyiarkan 1 pertandingan
pada pekan pertama Pada pertengahan Februari 2011, Trans
TV dan Trans7 menyusul diumumkan sebagai televisi
pemegang hak siar kedua. Trans TV dan Trans7 akan menyiarkan 68 pertandingan
pada setiap hari Sabtu dan Minggu malam. Akan tetapi pada pertengahan Maret
2011, Trans Corp (Trans TV dan Trans7) memutuskan kontrak dengan pihak LPI
karena alasan persaingan bisnis sponsor LPI dan Transcorp
Klub
Terdapat 19 klub yang berpartisipasi
sebagai peserta.
Klub
|
Kabupaten/Kota
|
Stadion
|
Kapasitas
|
Musim
2009–10
|
Atjeh United
|
40.000
|
-
|
||
25.000
|
-
|
|||
25.000
|
-
|
|||
20.000
|
-
|
|||
10.000
|
-
|
|||
25.000
|
-
|
|||
30.000
|
-
|
|||
12.500
|
-
|
|||
10.000
|
-
|
|||
10.000
|
-
|
|||
28.000
|
-
|
|||
30.000
|
Peringkat ke-17 LSI,
degradasi ke Divisi Utama |
|||
30.000
|
Peringkat ke-10 LSI
|
|||
15.000
|
Juara Divisi Utama
|
|||
30.000
|
Peringkat ke-13 LSI
|
|||
30.000
|
-
|
|||
25.000
|
-
|
|||
35.000
|
-
|
|||
Benteng
|
25.000
|
-
|
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No Response to "Liga Primer Indonesia"
Leave A Reply